SMA Negeri 3 Cilegon sebagai salah satu sekolah yang mempunyai siswa terbanyak di Kota Cilegon tentu mempunyai konsumsi produk makanan cukup banyak. Produk makanan tersebut tentu akan bermuara pada output sampah baik sampah organik maupun non organik. Sekolah menjadi salah satu penyumbang sampah yang tak sedikit ke TPSA. Bahkan hadirnya kantin-kanting yang tak dibarengi dengan manajemen persampahan menjadi penyumbang sampah plastik terbesar sekolah. Sebagian besar SMA Negeri 3 Cilegon masih ketergantungan pada sampah plastik. Semua jajajanan di sekolah menggunakan plastik, termasuk konsumsi air minum yang masih mengandalkan air kemasan sekali pakai.
Beban sampah tentu bukan dari siswa dan kantin, pun dari limbah hasil kantor berupa limbah ATK yang dihasilkan oleh guru-guru maupun administrasi sekolah. Apabila tata kelola sampah masih menggunakan cara klasik yang mana sampah di buang di sampah akhir sekolah lalu setelah ditampung akan disetor ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pusat yang ada di Cilegon. Tidak ada proses pemilahan untuk mengurangi beban sampah yang akan dibuang ke TPA. Atau minimal memudahkan para pemulung yang akan mengambil sampah-sampah yang mempunyai nilai jual agar tak membongkar kembali tempat sampah yang pada akhirnya kembali berantakan.
Sampah disekolah akan mempunyai sisi nilai ekonomis apabila dikelola dengan baik, salah satunya adalah dengan hadirnya Bank Sampah. Bank Sampah yang sebagian besar penerapannya di rumah tangga, dicoba diadaptasi ke lingkungan sekolah. Sehubungan dengan kondisi tersebut, SMA Negeri 3 Cilegon yang sedang berupaya mengubah tata kelola sampah di lingkungan sekolahnya menyelenggarakan “Workhsop Pengelolaan Bank Sampah di Lingkungan Sekolah”
Acara dilaksanakan pada tanggal 24 November 2020 di Ruang Audio Visual dan Lapangan SMA Negeri 3 Cilegon. Pada kesempatan ini momentum untuk mengedukasi warga sekolah tentang pentingnya tata kelola sampah disekolah, sehingga sampah yang sedianya biang masalah menjadi berkah. Kegiatan ini mengundang segenap perwakilan ekstrakurikuler Pecinta Alam (PAMATA SMANTEL) dan Pramuka sebagai pionir keberlanjutan program nanti. Selain itu mengundang juga perwakilan tiap kelas dan perwakilan dari sekolah lain untuk bisa berbagi seputar tata kelola sampah disekolah masing-masing.
Cara pandang tentang sampah berusaha kita ubah bukan melulu tentang negatif. Bagaimana sampah itu mempunyai hal positif dalam rangka menumbuhkan tanggungjawab akan sampah yang mereka hasilkan sehingga karakter siswa perlahan terbangun. Melalui Bank Sampah di Sekolah, sampah akan dipilah dulu oleh warga sekolah sebelum masuk ke TPSA.
Bank Sampah berupaya agar sampah di level kelas-kelas mampu dimanajemen oleh pengurus kelasnya sebelum diserahkan ke Tempat Pembuangan Akhir Sekolah. Manajemen ini untuk menghasilkan mana sampah yang mempunyai nilai jual, sampah yang bisa dimanfaatkan untuk pembuatan kompos, sampah yang bisa meghasilkan karya kerajinan, dll. Sehingga beban TPSA berkurang.
Konsep Bank Sampah tentu akan membantu finansial warga sekolah terutama siswa dalam pemenuhan buku-buku bacaan yang mereka belum mampu beli, melalui Bank Sampah, mereka cukup menabung sampah akan menghasilkan buku buat penunjan kegiatan belajar mengajar. Atau pengurus kelas bisa manajemen sampah kelasnya agar bisa menghasilkan uang kas dari sampah. Sampah-sampah organiknya senantiasa dimanfaatkan untuk budidaya tanaman sekitar sekolah atau dalam jangka panjang bisa dikomersialisasi secara profesional.
Workhsop Pengelolaan Bank Sampah ini, mengundang dari unsur Dinas Lingkungan Hidup yang diwakili oleh Bapak Ir. Moch Tedy Soeganda. Beliau memaparkan tentang kondisi sampah di lingkungan Kota Cilegon, bahayanya serta tata kelola yang DLH telah laksanakan. Selain DLH, mengundang sebagai narasumber kedua Pak Bambang Nurdiantoro dari Bank Sampah Janur Hijau, Warnasari Cilegon. Beliau beserta tim menjelaskan tentang manajemen sampah rumah tangga melalui Bank Sampah yang mereka bangun.
Pada sesi akhir, para peserta diajak praktik pembuatan kompos sebagai dasar pengetahuan pertama tentang bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan kompos sampai siap pakai. Siswa yang dibagi perkelompok dipandu oleh tim Bank Sampah Janur Hijau untuk melakukan secara langsung dan pencampuran bahan yang digunakan untuk pembuatan pupuk kompos.
Tujuannya workshop pengelolaan Bank Sampah ini diupayakan berkelanjutan ketika kegiatan belajar mengajar sudah berjalan normal. Siswa menjadi peduli dengan lingkungannya terutama tentang tanggungjawab sampah yang mereka hasilkan sendiri. Sehingga kita tak lagi memandang sampah adalah masalah melainkan sebuah keberkahan.